people come and go, they said
Waktu kecil, gue selalu berpikir bahwa ketakutan terbesar yang gue miliki adalah takut ditinggalkan. Entah itu betulan atau sebenarnya cuma gaya-gayaan aja padahal ketika itu gue pun belum benar-benar ngerti. Memang separah apa rasa sakit yang bisa ditimbulkan dari perpisahan? Tapi yang jelas, pada akhirnya pikiran itu benar-benar terjadi.
People come and go, katanya. Harusnya begitu. Tapi meski dengan kalimat itu terus berseliweran di telinga sekalipun, gue tetap menganggap perpisahan yang seharusnya wajar adalah sebuah mimpi buruk. Lebih buruk lagi ketika kita bahkan nggak pernah punya ekspektasi bahwa orang yang ada sama kita saat ini akan jadi orang yang asing suatu saat nanti.
Gue pernah ada di titik itu. Bukan ditinggalkan oleh keluarga, bukan oleh pasangan. Tapi lo bisa bayangkan sakitnya nyaris sama dan masih tertinggal sampai sekarang.
Beberapa waktu lalu gue sempat dengar dosen gue bilang, sakit yang kita rasain dalam hati sebagai social pain kadang bisa jadi jauh lebih buruk dari sakit fisik. Kenapa? Karena sekalipun kejadiannya sudah lewat, lo masih bisa ‘memanggil’ kembali rasa sakitnya hanya dengan ingatan. Rasanya gue cuma bisa manggut-manggut ketika penjelasan itu sampai ke telinga.
Ini sudah masuk waktu tahunan dan gue masih ingat gimana susahnya menerima keadaan saat itu. Gue berekspektasi banyak soal hubungan kami, berspekulasi kalau apa pun yang terjadi semuanya akan tetap baik-baik aja. Tapi ternyata nggak, kami selesai.
Saat itu sampai hari ini, kayaknya sangat panjang waktu yang gue butuhkan untuk akhirnya bisa menerima keadaan. Meski sekali lagi, rasa sakitnya masih sering terpanggil ketika gue lagi nggak sengaja teringat. Tapi seenggaknya, gue sudah nggak denial lagi, gue sudah bisa memahami kalau kenyataannya, ini memang jalan yang mesti dilewati.
Ini adalah ditinggalkan kesekian yang gue rasakan, tapi gue masih belum terbiasa dengan konsep ‘people come and go’ itu. Ini adalah ditinggalkan kesekian yang gue rasakan dan untuk kesekian kalinya gue mengambil langkah mundur dari kedekatan yang terlalu jauh dengan orang lain.
Meski masih sulit gue cerna sampai hari ini, tapi sebenarnya satu hal yang bisa gue maknai dari peristiwa-peristiwa ditinggalkan adalah: mungkin memang semua hubungan yang kita jalin dengan orang lain punya umur dan batas kedaluwarsanya masing-masing; kenyataan yang susah untuk diterima tapi mau gimanapun sepertinya hubungan antar manusia memang didesain begitu.
Komentar
Posting Komentar